About Me

My photo
Student of London School Public Relation Jakarta Batch XV

Tuesday, March 20, 2012

Mainstream v.s non mainstream


Artikel ini sebenernya adalah tugas Mass Comm gue di kampus, dan dosen mengharuskan memposting di blog.
how nice! mungkin ini salah satu upaya supaya hemat kertas. Oke let's start this...

Mainstream vs non mainstream

Dilihat dari namanya sudah terlihat jelas bahwa dua hal ini adalah sesuatu yang bertolak belakang.
Mainstream bisa dibilang adalah suatu gejala dimana suatu budaya menjadi sangat in atau booming dan banyak digandrungi oleh orang-orang yang dipengaruhi oleh media.

Sedangkan non-mainstream atau sering disebut juga marginal adalah suatu keadaan dimana sesuatu diminati orang karena memang budaya dari negara tersebut dan tanpa terkontaminasi dengan budaya lain dan suatu budaya menjadi kalah pamor dari budaya lain yang di gandrungi masyarakat.

Oke sebagai contoh bisa dilihat dari shuffle dan tari tradisional seperti tari pendet.
Dalam kondisi sekarang ini di Indonesia pun sedang marak orang berlomba-lomba mempelajari shuffle.

Apa yang membuat shuffle menarik? Mengapa begitu banyak orang di zaman sekarang yang meminati shuffle daripada tari tradisional yang merupakan budaya dari bangsa mereka sendiri?


 v.s
 indonesian erotic girls Pendet Traditional Dance from Bali island

Kasus seperti ini banyak kita jumpai di Indonesia. Anak dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi pun banyak yang menggandrungi 'body movement' jenis ini. Shuffle di Indonesia bisa dibilang adalah mainstream. mengapa demikian? Karena sesungguhnya shuffle adalah tarian yang berasal dari Australia di tahun 1980-an yang akhirnya mendominasi tarian di Indonesia.


Shuffle bukanlah budaya dari Indonesia namun sangat banyak pecinta dan peminat shuffle di Indonesia. Peminat tari tradisional di Indonesia pun semakin sedikit, bisa dibilang hanya segelintir orang yang masih tetap mengikutinya karena adat. Sampai terbentuk perkumpulan pecinta shuffle dan beragam team shuffle yang sering adu kemampuan dengan team lain di Indonesia. Sungguh ironis kalau budaya lain di Indonesia bisa sangat cepat merebak bagaikan virus sedangkan budaya aslinya ditinggalkan begitu saja.

Perkembangan shuffle yang akhirnya menjadi mainstream didukung pula oleh media. Media begitu banyak mengemas shuffle dengan berbagai versi salah satu contohnya di dunia periklanan. Periklanan di Indonesia sangat banyak yang menampilkan dance shuffle pada para model iklannya seperti Hi-Lo Teen, Mizone, etc yang akhirnya menembus keyakinan masyarakat bahwa dance ini lah yang akan menjadi trend dan amat sangat wajib bagi para anak muda untuk menguasai shuffle. Selain itu seiring semakin berkembangnya teknologi, shuffle juga sangat merebak di media internet yaitu youtube. Semua orang akan dengan sangat mudah mengakses dan mempelajari shuffle dari media ini.

 Berbagai video clip yang digunakan oleh para musisi pun juga mempengaruhi shuffle yang akhirnya diminati banyak orang, seperti vide clip LMFAO- Party Rock Anthem. Sampai-sampai terbentuk lah mindset orang-orang dengan slogan 'everyday i'm shuffle-in'. Setelah shuffle merubah mindset orang-orang hingga tarian ini menjadi life style para pecinta dance maka media juga semakin gencar mempertontonkan budaya luar ini. Dapat kita lihat pula bahwa untuk tari tradisional sendiri sangat kecil yang diangkat oleh media karena kalah dengan shuffle yang pada era ini sudah  seperti lifestyle di Indonesia.

contoh peran media dalam mempromosikan shuffle





Kesimpulannya adalah bahwa sekarang ini shuffle telah menjadi icon anak muda zaman sekarang yang mendominasi sehingga menggeser posisi tarian daerah yang merupakan icon bangsa Indonesia sesungguhnya.Karena banyak anak muda Indonesia zaman sekarang sangat antusias dengan trend-trend terbaru dari luar yang dianggap lebih menarik daripada memperhatikan serta mengembangkan tarian tradisional Indonesia untuk lebih dikenal oleh negara luar. Campur tangan media pun membuat shuffle lebih dikenal dan menarik banyak perhatian masyarakat.




Disusun oleh: 15 - 21 A

1. Ramandha Suci Marchita
2. Tora Mollynda Agape
3. Rininta Muninggar
4. Maya Ayu Permata Sari
5. Geytrika Maretty



No comments:

Post a Comment