About Me

My photo
Student of London School Public Relation Jakarta Batch XV

Monday, March 26, 2012

Media Literacy


Zaman sekarang ini media sudah hampir menjadi kebutuhan pokok manusia dalam berkomunikasi.
Berbagai macam informasi berita serta hiburan didapat dengan mudah melalui media.
Setiap hari hampir semua manusia menonton tayangan televisi, membuka informasi melalu internet ataupun membaca berita dari koran.
Semua kelebihan dari media ini memiliki dampak yang positif dan juga negatif.
Salah satu yang negatif adalah membuat penikmat media menjadi salah kaprah tentang apa yang disampaikan oleh media. Oleh karena itu diperlukan media literasi.

Apa yang dimaksud dengan media literasi? Media literasi sering disebut dengan melek media. Ini dapat dartikan sebagai suatu aksi dalam mengamati memahami serta mencerna dengan baik isi dari sesuatu yang disampaikan oleh media.

Dalam aksi melek media dari tayangan yang disajikan, kita sebagai consumer harus bisa mengerti dan memahami kegunaan dari tayangan atau acara yang media berikan, untuk apa kita mengkonsumsi tayangan media. Apa hanya sebagai hiburan atau pendidikan atau juga yang lainnya. memahami proses komunikasi dalam media masa, sadar akan dampak yang diberikan oleh tayangan media, mengerti maksut isi dari tayangan yang disajikan media, dan setelah semua yang di atas dipahami maka barulah konsumen bisa menikmati dan memahami content dari media. Pentingnya melek media adalah salah satu upaya agar masyarakat tidak salah dalam menerima informasi yang disiarkan oleh media dan mengkonsumsi tayangan-tayangan yang memang layak untuk dikonsumsi.


sebagai contoh saya akan mengangkat tentang sebuah film yang sudah agak lama dengan judul "Ada Apa Dengan Cinta" yang dikenal dengan sebutan "AADC"
 Film yang sempat trend di kalangan remaja tahun 2000an mengkisahkan tentang beberapa anak perempuan SMA yang bersahabat namun lebih ditonjolkan sisi percintaannya.

Dari tayangan media ini consumer dapat melihat bahwa tujuan film ini dibuat adalah untuk dinikmati sebagai hiburan orang banyak, dimana yang menceritakan tentang kehidupan anak SMA pada zaman itu dimulai dari cara berbicara, cara berpakaian, dan berhubungan dengan lawan jenis. Semua yg disajikan media hanyaah fiktif belaka yang memang memang melewati proses panjang untuk bisaa sampai ke media, mulaai dari proses casting, shooting, editing, sampai prosess sensor yang memang semua dilakukan untuk bisa sampai ke layar agar bisa dinikmati oleh penonton. para penonton yang memang ingin menonton pun pada saat itu harus rela mengantri tiket untuk bisa melihat aksi idolanya.

Mulai dari kalangan anak tingkat SD sampai SMA menonton tayangan ini. Padahal film seperti ini bisa dibilang jenis tayangan yang belum pantas dikonsumsi anak-anak di bawah 17 tahun. Namun tak lama setelah film ini di rilis, banyak orang yang salah kaprah memandang tayangan tersebut. Terbukti dengan adanya genk dikalangan anak SMA bahkan dikalangan SD dan SMP, mulai beraninya siswa dan siswi berpakaian ala-ala tokoh AADC sampai maraknya anak SD dan SMP mulai berpacaran di usia mereka yang masih dini, bahkan sampai sekarang gaung dari film AADC ini masih saja terasa padahal sudah sepuluh tahun yang lalu film ini di rilis. Jika dilihat dari sudut pandang lain film tersebut bisa diartikan sebagai film yang mengangkat tentang persahabatan yang mana jika orang memandang film tersebut dalam sudut pandang ini makan mereka mungkin saja tidak akan terpengaruh impactnya yang negatif. Jika film tersebut di tonton oleh anak di bawah umur maka sebaiknya orang tua berperan dalam memberian pengertian bahwa yang ditampilkan media hanya fiktif belaka. Setelah mengetahui isi dan menganalisa apa yang terkandung dalam tayangan ini maka para consumer tidak akan salah dalam mencerna isi tayangan tsb. Sehingga mereka bisa menikmati tayangan di media tanpa mempengaruhi pemikiran mereka karena mereka sudah tahu apa impact dan keuntungan jika menonton acara ini. Oleh karena itu penting adanya para orang tua cermat memilih tayang yang pas untuk anak sesuai usia mereka dan pendampingan secara intensif pun sangat diperlukan para orang tua agar anak-anak mengerti bahwa tayangan di media tidak untuk ditiru.

kelompok 15-21A
1. RAMANDHA SUCI MARCHITA
2. TORA MOLYNDA AGAPE
3. MAYA AYU PERMATA SARI
4. RININTA MUNINGGAR
5. GEYTRIKA MARETTY

No comments:

Post a Comment